Jumat, 13 Juli 2012

PENGERTIAN QIYAMUL-LAIL

PENGERTIAN QIYAMUL-LAIL
Kata atau lafazh Qiyam apabila asalnya dari kata kerja (fi'il) qaa-ma, artinya : tegak atau berdiri. Kata qiyam juga merupakan bentuk jama' dari kata qaa-imun, artinya: yang tegak, yang berdiri.
Kata atau kalimat Lail dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan malam, yaitu masa atau waktu yang datang sesudah siang. Maka yang disebut malam adalah  masa yang terbentang dari sejak terbenam matahari hingga terbitnya.
     Adapaun yang dimaksud dengan "qiyam" dalam bahasan ini adalah shalat. Adapun shalat disebut qiyam, karena pada asalnya shalat itu harus dikerjakan berdiri. Jadi yang dimaksud dengan qiyamul-lail ialah shalat yang dikerjakan pada waktu malam dengan shifat, kaifiyat dan rakaat tertentu sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Berkenaan dengan qiyamul-lail ini Allah berfirman dalam Al-Furqon : 63-64 yang artinya :
"Dan hamba-hamba Allah yang Maha penyayang (ialah) mereka yang berjalan di permukaan bumi ini dengan merendah diri, dan apabila orang-orang jahil mengajak mereka berbicara (dengan perkataan yang tidak sopan), mereka menjawab dengan perkataan yang sopan. Dan mereka itu apabila pada waktu malam hari bersujud dan berdiri (shalat) karena (ikhlas) kepada Tuhan mereka."

Kata "yabie-tuu-na" asalnya dari kata "baa-ta; yabie-tu", artinya: mendapatkan atau melalui waktu malam, baik tidur atau tidak. Adapun kata "sujjadan", artinya: sujud dengan meletakkan dahi pada tempat sujud; dan "qiyaa-man", artinya: berdiri pada kaki. Keduanya merupakan bagian dari kaifiyat shalat, tetapi yang dimaksud adalah shalat itu sendiri.
Al-Mughirah bin Syu'bah berkata:
"Rasulullah saw berdiri (sholat pada waktu malam) sehingga kedua kaki beliau bengkak. Maka beliau ditanya; Bukankah Allah telah mengampuni-mu dosa yang telah lalu dan yang akan datang? Beliau menjawab: Apakah tidak sepatutnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur" (HR. Bukhari dan Muslim).

"Qaa-ma" yang menyebabkan kedua kaki Rasulullah itu bengkak, adalah sholat yang didalamnya beliau membaca surah-surah yang panjang sehingga waktu berdirinya itu lama. Berdasarkan dua keterangan di atas jelaslah bahwa baik Al-Qur'an maupun hadits menggunakan kata (qaa-ma; yaquu-mu; qiyaa-man) juga untuk sholat. Perlu diperhatikan bahwa yang disebut Qiyamul-lail itu terdiri dari:
Pertama: Shalatul-lail; yaitu sholat yang dikerjakan dengan rakaat yang genap.
Kedua: Shalatul-witri; yaitu shalat yang dikerjakan dengan rakaat yang ganjil.

Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan hadits berikut ini. Rasulullah bersabda:
"Apabila fajar telah terbit, habislah waktu bagi shalatul-lail dan shalatul-witri, maka berwitirlah sebelum terbit fajar" (HR. Tirmidzi).

Aisyah berkata:
"Rasululah shalat pada waktu malam tiga belas rakaat dan beliau ber-witir dari (tiga belas rakaat) itu lima (rakaat), beliau tidak duduk pada rakaat-rakaat itu melainkan pada yang terakhir ." (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Qiyamul lail itu terdiri dari shalatul-lail dan shalatul witri.

Shalat iftitah
Shalat iftitah adalah shalat 2 rakaat yang boleh dikerjakan sebelum melaksanakan qiyamul-lail. Bagi seseorang  yang akan mengerjakan Qiyamul-lail boleh memulai dengan 2 rakaat shalat iftitah, tetapi boleh juga tidak. Jadi shalat iftitah itu hanya berhubungan dengan qiyamul-lail, dan tidak ada hubungannya dengan shalat-shalat sunnat yang lain. Rasulullah bersabda:
"Apabila salah seorang dari kamu akan shalat pada waktu malam, hendaklah memulai shalatnya dengan 2 rakaat yang ringan" (HR. Ahmad dan Muslim).

Dari Aisyah berkata: " Rasulullah apabila shalat pada waktu malam (qiyamul-lail) memulai shalatnya dengan 2 rakkat yang ringan " (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).

Nama - nama Qiyamul-lail
Qiyamul-lail memiliki beberapa nama, tetapi hakekatnya satu. Di antara nama-nama itu adalah :

1. Shalat Tahajjud
     Qiyamul-lail apabila dikerjakan sesudah tidur pada malam hari, disebut Shalat Tahajjud. Tahajjud asalnya dari kata kerja (fi'il) tahajjada, artinya: bangun tidur. Firman Allah dalam Al-Isra': 79 :
"Dan pada sebagian malam hendaklah engkau ber-tahajjud (bangun untuk shalat), sebagai tambahan (shalat sunnat) bagimu, niscaya Tuhan-mu akan bangkitkanmu pada kedudukan yang terpuji."

2. Qiyamu Ramadhan
     Qiyamul-lail yang dikerjakan pada malam bulan Ramadhan disebut Qiyamu Ramadhan. Dalam salah satu hadits diriwayatkan:
"Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw menggemarkan (ummat Islam) mengerjakan qiyamu Ramadhan dengan perintah yang tidak keras" (HR Bukhari)

3. Shalat Tarawih
     Qiyamul-lail yang dikerjakan pada malam bulan Ramadhan sering juga disebut Shalat Tarawih. Penamaan dengan shalat tarawih ini tidak kita jumpai dalam hadits-hadits, sebab hal tersebut merupakan istinbathiyyah dari riwayat berikut ini :
"Rasululaah saw pernah mengerjakan shalat 4 rakaat pada waktu malam, kemudian beliau bersenang-senang (istirahat) lama sekali sehingga aku merasa sayang padanya" (HR Baihaqi).

Dalam riwayat di atas terdapat lafazh "yataraw-wahu" yang artinya istirahat pada tiap-tiap selesai mengerjakan 4 rakaat. Dari lafazh tersebut kemudian di-istinbath sehingga timbullah istilah shalat tarawih walaupun terkadang pelaksanaannya tidak istirahat pada setiap selesai 4 rakaat.
Tersebut dalam riwayat lain sbb :
"Dasri Ibnu Abbas, ia berkata: Aku bermalam di rumah bibikku Maimunah bibti al-Harits, istri Nabi saw pada malam harinya Nabi saw. giliran tidur di ruamhnya Nabi Saw shalt isya', kemudian beliau pulang lalu shalt 4 rakaat, sesudah itu beliau tidur. Beliau kemudian bangun dan berkata: masih  tidur anak muda itu (Ibnu Abbas) atau ucapan yang serupa itu, sesudah itu beliau berdiri, lalu aku berdiri pula di samping sebelah kirinya, kemudian beliau memindahkanku ke sebelah kanannya, lastas beliau shalat 5 rakaat, sesudah itu shalat (lagi) 2 rakaat, kemudian beliau tidur sehingga aku mendengar suara dengkurnya, sesudah bagun beliau pergi shalat (ke masjid). (HR. Bukhari).

Memperhatikan hadits di atas bahwa bentuk istirahat setelah selesai 4 rakaat itu di antaranya tidur. Adapaun bentuk-bentuk lain dapat disesuaikan dengan kepentingan, selama bermanfaat untuk ummat, seperti: ceramah dan lainnya.  

4. Shalat Lail
     Qiyamul-lail disebut shalat lail, karena waktu mengerjakannya pada waktu malam hari. Imam Muslim meriwayatkan shalat yang dikerjakan Rasulullah dengan berjamaah pada malam bulan Ramadhan selam 3 malam dan pada malam ke 4 beliau tidak keluar untuk mengimami shalat, maka pagi harinya ditanya , beliau menjawab:
"Tetapi aku khawatir shalat lail itu diwajibkan atas kamu"

5. Shalat Witir
     Qiyamul-lail disebut shalat witir karena jumlah rakaatnya ganjil. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan peristiwa shalat Rasulullah di Masjid sebagaimana telah disebutkan di atas denga lafazh sebagai berikut  yang artinya :"Sesungguhnya aku khawatir shalat witir itu diwajibkan atas kamu"

Shalat yang dikerjakan oleh Rasulullah dengan berjamaah di Masjid selama 3 malam itu adalah Qiyamu Ramadhan atau Qiyamul-lail. Adapaun jawaban Rasulullah ada yang meriwayatkan dengan lafazh "Shalat Lail" dan "Shalat witir". Ini menunjukkan bahwa Qiyamul-lail itu boleh disebut shalat lail apabila ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya dan boleh disebut shalat witir bila dilihat dari jumlah raka'atnya.


عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba dengan Rabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat dengan Penciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji Sang Pencipta. Dan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuai dengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya. Kalau Allah swt. mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hambaNya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.
Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita, “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR. Ahmad)
Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia, amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi saw. lalu berkata, ‘Wahai Muhamad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamu akan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.’”
Orang yang shalat kala orang lain lelap tertidur, diganjar dengan masuk surga. Kabar ini sampai kepada kita dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Salam dari Nabi saw., beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat.”
Seorang dai yang ingin berhasil dakwahnya, harus mennabur kasih sayang kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat digapai dengan wajah yang berseri-seri, mengucapkan salam, mengulurkan bantuan, silaturahim, dan pada malam hari memohon kepada Allah diawali dengan qiyamulail. Tapi sayang, yang melaksanakan qiyamulail secara kontinu sangat sedikit jumlahnya. Semoga kita termasuk kelompok yang sedikit ini dan berhak masuk surga tanpa dihisab. Rasululah saw. bersabda, “Seluruh manusia dikumpulkan di tanah lapang pada hari kiamat. Tiba-tiba ada panggilan dikumandangkan dimana orang yang meninggalkan tempat tidurnya, maka berdirilah mereka jumlahnya sangat sedikit, lalu masuk surga tanpa hisab. Baru kemudiaan seluruh manusia diperintah untuk diperiksa.”
Kiat Mudah Qiyamullail
Qiyamullail memerlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Jika ada tekad, akan sangat mudah merealisasikannya dengan izin Allah. Berikut ini kiat-kiat pendorong meninggalkan tempat tidur untuk bermunajat kepada Yang Maha Pengasih.
1. Programlah aktivitas Anda di hari yang malamnya Anda rencanakan untuk qiyamulail agar memungkinkan Anda tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu lelap.
2. Pahamilah bahwa Anda punya kebutuhan jasmani, aqli, dan ruhani, serta Anda wajib memenuhinya dengan seimbang.
3. Hindari maksiat. Sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
4. Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan qiyamulail. Dengan begitu Anda termotivasi untuk melaksanakannya.
5. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
6. Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.
7. Baik juga jika Anda janjian dengan beberapa teman untuk saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau handphone yang Anda miliki.
8. Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa keluarga punya program qiyamullail bersama sekali atau dua malam dalam sepekan.
9. Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah dalam beribadah kepadaNya.


Keutamaan Qiyamullail (Shalat Malam)
Allah Ta’ala berfirman:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا
“Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya.” (QS. As-Sajadah: 16)
Allah Ta’ala berfirman:
كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالأَسْحَارِهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar).” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)
Dari Abu Said Al Khudri dan Abu Hurairah radhiallahu anhuma mereka berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ اسْتَيْقَظَ مِنْ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا كُتِبَا مِنْ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ
“Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR. Abu Daud no. 1309, Ibnu Majah no. 1335, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Al-Misykah: 1/390)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ. فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali yang lainnya, dan jika dia mendirikan shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya jiwanya menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas”. (HR. Al-Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Dari Jabir bin Abdillah dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim no. 757)
Penjelasan ringkas:
Di antara keutamaan qiyamullail berdasarkan dalil-dalil di atas adalah:
a.    Mendapatkan pujian yang banyak dalam Al-Qur’an.
b.    Hatinya akan terjaga dari kerusakan dan penyakit hati. Karena terlalu banyak tidur bisa menyebabkan rusaknya hati, karenanya dengan qiyamullail dia bisa mengurangi tidurnya.
c.    Dia merupakan shalat sunnah yang paling utama.
d.    Orang yang mengerjakannya secara berkesinambungan akan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah.
e.    Dia akan lepas dari gangguan setan di malam harinya.
f.    Qiyamullail merupakan sebab baiknya jiwa, lapangnya dada, dan semangatnya anggota tubuh.
g.    Orang yang mengerjakannya berkesempatan mendapatkan 1/3 malam terakhir yang merupakan waktu dimana doa akan dikabulkan. Dan sebaik-baik doa saat itu adalah permohonan ampun akan semua dosa-dosa, sebagaimana yang diisyaratkan dalam surah Adz-Dzariyat di atas.

2 komentar: