Jumat, 13 Juli 2012

Aliran Sempalan

Upaya menggiring umat menuju kepada jurang berbagai paham dan aliran yang menyimpang terus dilakukan dengan gencar oleh para pengusung dan simpatisannya melalui berbagai media. Pada saat yang sama mereka memberikan gambaran-gambaran negatif terhadap da’wah Ahlus Sunnah dan para ‘ulamanya, tak luput pula para da’inya. Di satu sisi, kaum Syi’ah dengan berbagai alirannya dan kelompok Shufi dengan beragam tarekatnya -terkhusus pasa masa ini– telah menaruh dendam yang sangat besar terhadap da’wah Ahlus Sunnah dan memberikan julukan-julukan negatif dalam rangka menjauhkan kaum muslimin darinya.
Tak kalah gencarnya adalah kaum neo-Khawarij dengan berbagai kelompok dan alirannya, baik Al-Qaeda, JI, Jama’atul Jihad, NII, LDII, Jamus, maupun IM, HT (Hizbut Tahrir), dan lain sebagainya; begitu juga kaum neo-Mu’tazilah dengan berbagai lembaga liberalnya, baik JIL, IAIN, dan sebagainya; terus mempropagandakan aqidah mereka di tengah-tengah umat dengan bermacam cara yang tak kalah canggih dibanding kaum Syi’ah dan Shufi. Berjenis-jenis buku, buletin, dan majalah mereka terbitkan.
Begitu pula melalui media internet kaum neo-khawarij terus gencar menanamkan aqidah takfir (menganggap kafir saudaranya muslim) dan penentangan terhadap penguasanya serta berbagai paham lain yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, memprovokasi kaum muslimin untuk membenci dan memusuhi pemerintahnya sehingga wibawa para penguasa tersebut jatuh dan tidak berharga lagi. Bahkan lebih parahnya kelompok-kelompok sempalan itu menggiring umat untuk berkeyakinan bahwa pemerintahnya telah kafir, sehingga harus diserang, digulingkan, atau setidaknya dimunculkan tindakan-tindakan teror. Buletin, buku, majalah, maupun mimbar-mimbar kaum muslimin, baik di masjid-masjid ataupun melalui acara-acara tabligh akbar dan yang semisalnya, telah dijadikan sebagai arena provokasi dalam rangka menimbulkan kebencian dan sikap antipati terhadap Waliyyul Amr. Semangat hizbiyyah (kekelompokan) terus ditanamkan melalui acara-acara bai’at (janji setia) kepada para amir/pimpinan kelompok masing-masing yang diambil dari para pengikutnya.
Dari : Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij hal. 34-35. dengan sedikit perbaikan (sekaligus sebagai ralat terhadap buku asli) http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=16
Berikut beberapa firqah/ aliran-aliran sempalan/ sekte sesat yang ada di Indonesia:
Ada sebuah pertanyaan yang harus diajukan, yaitu: Mengapa mereka tersesat? Padahal mayoritas kelompok atau aliran tersebut menyatakan bahwa mereka berada di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Lalu apa yang menyebabkan mereka jatuh pada penyimpangan dan kesesatan?
Jawabannya: karena mereka hendak memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak dengan apa yang diajarkan dan diamalkan oleh generasi salaf. Masing-masing kelompok memiliki pemahaman yang berbeda terhadap nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits serta cenderung bertabrakan satu sama lain sesuai dengan kepentingan kelompoknya masing-masing. Tiap-tiap kelompok menggunakan nash-nash Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai tameng untuk melindungi penyimpangan dan kesesatan mereka. Dengan cara meletakkannya tidak pada tempatnya, tidak sesuai dengan apa yang telah dipahami, disampaikan dan diamalkan oleh generasi as-salafush shalih. Padahal Rasulullah sebagai junjungan dan penuntun kita, ketika menjelaskan akan munculnya perpecahan yang akan menimpa umat ini menjadi 73 kelompok, dan beliau ditanya tentang ciri-ciri serta kriteria satu-satunya kelompok yang selamat, dengan tegas beliau menjawab:
هُمْ مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِيْ
“Mereka (kelompok yang selamat itu) adalah orang-orang yang kondisinya berada di atas apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya pada hari ini.” [HR. Ath-Thabarani]
Begitu pula ketika beliau mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa mereka akan menyaksikan perselisihan yang banyak, dengan tegas beliau memerintahkan para shahabatnya untuk berpegang pada prinsip/manhaj para Al-Khulafa‘ur Rasyidun bersamaan dengan prinsip/manhaj beliau. Dengan tegas pula beliau memperingatkan para shahabatnya dari bahaya bid’ah (logika, ra’yu, cara, atau paham yang diada-adakan). Rasulullah bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَآءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوْبِهَاوَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِدِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup (setelahku) akan mendapati perselisihan yang sangat banyak. Maka (dalam kondisi seperti itu) wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah para Al-Khulafa‘ur Rasyidun yang telah mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi-gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam masalah agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat. [dalam riwayat lain]: dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di neraka. [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad]
Namun hawa nafsu hizbiyyah (semangat kekelompokan) yang membutakan telah menghalangi mereka dari mengikuti jejak generasi yang telah dipuji oleh Rasulullah dan dijadikan sebagai barometer kebenaran dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sikap seperti itu menggiring mereka untuk terus lebih mengedepankan logika dan cara pandang kelompoknya dibanding pemahamanan generasi as-salafush shalih. Sehingga mereka terus berada dalam kungkungan perpecahan dan sikap ‘ashabiyyah (sikap membela kelompok secara membabi buta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar