Jumat, 13 Juli 2012

Orang yang mencela para imam maksum atau bahkan memusuhi mereka tergolong orang kafir yang najis hukumnya

Akar peristiwa al-Ghadir menurut nukilan sejarah merupakan peristiwa yang telah ditetapkan dan dibuktikan validitasnya.  Para penulis sejarah dengan merekam pelbagai peristiwa dan menukil turun-temurun kisah ini dan menjadi sandaran masyarakat melalui jalan yang beragam, mengakui kebenaran masalah ini.  Sedemikian masalah ini argumentatif sedemikian sehingga ia dapat dijumpai pada sastra, teologi, tafsir, dan bahkan kitab-kitab hadis standar Ahlusunnah dan Syiah dimana Nasai salah seorang ulama besar Ahlusunnah menukil hadis ini melalui 250 sanad.
Definisi Syi’ah
Kata Syi’ah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syi’ah Ali adalah pendukung Ali atau pembela Ali. Syi’ah Muawiyyah adalah pendukung Muawiyyah.
.
Al-Mufid, seorang tokoh Syi’ah abad ke 5 H (w. 413 H/1022 M) mendefinisikan Syi’ah sebagai:
الشِّيْعَةُ أَتْبَاعُ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَى سَبِيْلِ الْولاَءِ وَالْاِعْتِقَادِ بِإِمَامَتِهِ بَعْدَ الرَّسُوْلِ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِ وَأَلِهِ بِلاَ فَصْلٍ, وَنَفَي الاِمَامَةَ عَمَّنْ تَقَدَّمَهُ فِي مَقَامِ الخِلاَفَةِ, وَجَعَلَهُ فِي الاِعْتِقَادِ مَتْبُوْعًا لَهُ غَيْرَ تَابِعٍ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ عَلىَ وَجْهِ الاِقْتِدَاءِ (اوائل المقالات :2-4).
“Syi’ah adalah pengikut Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) shalawatullah ‘alaih atas dasar mencintai dan meyakini kepemimpinannya (imamah) sesudah Rasul SAW tanpa terputus (oleh orang lain seperti Abu Bakar dan lainnya). Tidak mengakui keimamahan imamah orang sebelumnya (Ali) sebagai pewaris kedudukan khalifah dan hanya meyakini Ali sebagai pemimpin, bukan mengikuti salah satu dari orang-orang sebelumnya (Abu Bakar, Umar dan Utsman).” (Al-Mufid, Awa’il al-Maqalat, hal. 2-4).
Definisi Al-Mufid di atas secara tegas menunjukkan bahwa kami tidak mengakui kekhalifahan sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman.


Yang dimaksud orang kafir yang najis hukumnya adalah:
1. Orang yang mengingkari Tuhan (tidak menerima adanya Tuhan).
2. Orang yang mengingkari kenabian Rasulullah saw.
3. Orang yang tidak mengesakan Tuhan (menganggap ada lebih dari satu Tuhan).
4. Orang yang mengingkari hal-hal paling penting dalam agama, yang sekiranya pengingkaran itu melazimkan pengingkaran terhadap nabi atau menyebabkan tidak sempurnanya agama.
5. Orang yang mencela para imam maksum atau bahkan memusuhi mereka
Rukun Iman Syi’ah
Pada dasarnya, dalam hal kepercayaan kepada Allah, Syi’ah tidak berbeda dengan Ahlussunnah wal Jama’ah. Syi’ah juga percaya bahwa Allah adalah Esa, tidak beranak dan diperanakkan. Kami juga meyakini bahwa Allah tidak serupa dengan sesuatu apapun, dan kami menghukumi kafir terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah
.
Akan tetapi yang membuat doktrin Syi’ah dan Ahlussunnah berbeda adalah penambahan Syi’ah terhadap doktrin imamah. Menurut kami  siapapun yang beriman kepada Allah namun  mengi’tiqadkan juhud (ingkar)  terhadap kepemimpinan Sayyidina Ali setelah Nabi SAW dan para imam keturunan beliau, maka hukumnya melebihi hukum orang yang mengingkari shalat fardhu jika HUJJAH atau Dalil telah sampai kepadanya
.
Muhammad Jawad al-Amili berkata:
الإِيْمَانُ عِنْدَنَا إِنَّمَا يَتَحَقَّقُ بِالاِعْتِرَافِ بِإِمَامَةِ الأَئِمَّةِ الاِثْنيَ عَشَرَ عَلَيْهِمْ السَّلاَمُ, إِلاَّ مَنْ مَاتَ فِي عَهْدِ أَحَدِهِمْ فَلاَ يُشْتَرَطُ فِي إِيْمانِهِ إلاَّ مَعْرِفَةُ إمَامِ زَمَانِهِ وَمِنْ قَبْلِهِ.
“Iman menurut kami hanya terwujudkan dengan cara mengakui keimamahan Imam yang dua belas, kecuali bagi orang yang mati pada zaman salah satu dari mereka maka tidak disyaratkan beriman kecuali mengetahui Imam pada masanya dan masa sebelumnya.” (Ushul Madzhab al-Syi’ah, hal. 693)
.
Al-Kulaini dalam kitabnya menyebutkan suatu riwayat, sebagai berikut:
وعن أبي جعفر قال : “….. لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ عِنْدَ المَوْتِ شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَالْوِلاَيَةَ.
“Tuntunlah orang yang sedang sakratul maut bacaan syahadat (persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah) dan wilayah (pengakuan atas kepemimpina Ali).” (Furu’ al-Kafi, 1/34)
.
Demikianlah, konsep imamah menjadi sentral doktrin kaum syi’ah. Kami menjadikan imamah sebagai salah satu rukun dari rukun-rukun agama Islam. Namun syi’ah tidak mengkafirkan kelompok lain yang tidak mengakui keimamahan Ali dan imam-imam keturunannya karena bisa saja diantara mereka ada yang belum sampai hujjah kepadanya. Jangan lupa ! Ilmu tentang syi’ah banyak disensor ulama sunni
.
Disebutkan dalam kitab al-Wasa’il karangan al-Mufid:
اِتَّفَقَتْ الإِمَامِيَّةُ عَلَى أَنَّ مَنْ أَنْكَرَ إِمَامَةَ أَحَدٍ مِنَ الأَئِمَّةِ وَجَحَدَ مَا أَوْجَبَهُ اللهُ تعالى لَهُ مِنْ فَرْضِ الطَّاعَةِ فَهُوَ كَافِرٌ ضَالٌّ مُسْتَحِقٌّ لِلْخُلُوْدِ فِي النَّارِ.
“Syi’ah Imamiyyah sepakat bahwa orang yang tidak meyakini keimamahan salah satu dari para imam dan mengingkari apa yang telah diwajibkan Allah SWT kepadanya dari kewajiban taat (kepada para imam), maka dia kafir, sesat dan layak kekal di neraka.” (Ushul Madzhab al-Syi’ah, hal. 867). Riwayat tersebut juga dikutip oleh al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar (8/366)
.
Adapun dalam hal nubuwwah (kenabian), Syi’ah tidak berbeda dengan Ahlussunnah. Kami juga mengakui eksistensi nubuwwah. Namun demikian, kami tetap menjadikan imamah sebagai sentral dari doktrin kami
.
Al-Thusi, salah satu ulama Syi’ah, menganggap bahwa orang yang menolak keyakinan imamah ini jika disertai i’tiqad juhud (ingkar) sama halnya dengan menolak nubuwwah, sebagaimana perkataannya:
وَدَفْعُ الاِمَامَةِ كُفْرٌ, كَمَا أَنَ دَفْعَ النُّبُوَّةِ كُفْرٌ, لِاَنَّ الجَهْلَ بِهِمِا عَلَى حَدٍّ وَاحِدٍ.
Menyangkal keimaman adalah kafir, seperti halnya menyangkal kenabian. Sebab (hukum)  tidak tahu pada keduanya berada pada taraf yang sama.” (al-Thusi, Talkhis al-Syafi, 4/131)
.
Konsep imamah menjadi salah satu doktrin utama dalam keyakinan Syi’ah. Imamah adalah sebuah konsep kepemimpinan Syi’ah yang merupakan teori absolut. Konsep inilah sebenarnya menjadi dasar paling asasi dari doktrin-doktrin Syi’ah yang lain.Dalam Syi’ah, imamah tidak hanya merupakan kepemimpinan duniawi saja, akan tetapi juga mencakup urusan ukhrawi. Bagi Syi’ah, imamah merupakan penerus kenabian yang dasar-dasarnya berada pada dalil-dalil syara’ (nash ilahiy)
.
Syi’ah meyakini bahwa Nabi Muhammad telah menunjuk sayyidina Ali secara langsung sebagai imam pengganti beliau dengan penunjukan yang jelas dan tegas
.

SILSILAH 12 IMAM AHLUL BAYT RASULULLAH
Dari jalur Abdullah Ibn Abd.Muthalib
HASYIM (pemuka bani hasyim)
|
Abd.Muthalib
|
Abdullah
|
Muhammad Saw
|
Fatimah Az-Zahra
Dari Jalur Abu Thalib
Hasyim
|
Abd.Muthalib
|
Abu Thalib
|
‘Ali Al-Murtadha (imam ke 1, syahid dibunuh)
Dari jalur imam ‘Ali Al-Murtadha dan Fatimah Az-Zahra
‘Ali Al-Murtadha-Fatimah Az Zahra
|
Imam Hasan (imam ke 2 syahid diracun) – Imam Husein (imam ke 3 syahid terbunuh) – Zainab Al Kubra
Anak cucu Imam Hasan as
Imam Hasan as
|
Hasan Al-Mutamma
|
Abdullah Al-Mahdi
|
Muhammad Al_Nafs Al Zakkiyah
|
Ibrahim
|
Idris (Imam Syi’ah Idrisiyah)
Anak Cucu Imam Husein as
Imam Husein as
|
‘Ali Zainal Abidin (imam ke 4 syahid diracun) – ‘Ali Akbar – ‘Ali Asghar
|
Zaid (imam syi’ah Zaidiyah) – Muhammad Al-Bakir (imam ke 5 syahid diracun)
Dari jalur Muhammad Al-Bakir
Muhammad Al-Bakir
|
Ja’Far As-Shadiq (imam ke 6 syahid diracun dan guru dari 3 imam besar ahlulsunnah)
|
Ismail (imam syi’ah Ismaliyah) – Musa Al-Kadzim (imam ke 7 syahid diracun) – Muhammad Al-Dibaj – ‘Ali Al-Uraidhi – Abdullah Al-Fatah
Dari jalur Musa Al-Kadzim
Musa Al-Kadzim
|
‘Ali Ar-Ridha (imam ke 8 syahid diracun)
|
Muhammad Al-Jawad Al-Taqi (imam ke 9 syahid diracun)
|
‘Ali Al-Hadi (imam ke 10 syahid di racun)
|
Hasan Al-Askari (imam ke 11 syahid diracun)
|
Muhammad Al-Mahdi Al-Muntadzar (imam ke 12 ghaib kubra)
INILAH 12 IMAM AHLUL BAIT
1.IMAM ALI BIN ABI THALIB AS, PEMIMPIN YANG ADIL
2.IMAM HASAN AL-MUJTABA AS, PENGAYOM UMAT YANG TABAH
3.IMAM HUSAIN ASY-SYAHID, PENGHULU PARA SYAHID
4.IMAM ALI ZAINAL ABIDIN, KEINDAHAN KAUM ‘ABID
5.IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR, PENYINGKAP KHAZANAH ILMU
6.IMAM JA‘FAR ASH-SHADIQ, PENCETUS UNIVERSITAS ISLAM
7.IMAM MUSA AL-KAZHIM, PELINDUNG KAUM TERTINDAS
8.IMAM ALI AR-RIDHA, TELADAN PEJUANG YANG SABAR
9.IMAM MUHAMMAD AL-JAWAD, SAMUERA ILMU DAN TAKWA
10.IMAM ALI AL-HADI, TEGUH DI ATAS KEBENARAN
11.IMAM HASAN AL-‘ASKARI, PEMBINA GENERASI UNGGUL
12.IMAM AL-MAHDI, JANJI KEADILAN SEDUNIA
:stun:
Para Imam 12 dari Quraisy, Bani Hasyim dan Ahl Bait Rasulullah s.a.w. Ini adalah terjemahan Kitab al-Imarah (Pemerintahan) daripada Sahih Muslim. Cairo, 1955, Jilid II, him. 1542-1543.
Bab pada menyatakan urusan kekhalifah/lmamah hanya berada di tangan dua belas (12) Imam daripada Quraisy
Para Imam 12 dari Quraisy, Bani Hasyim dan Ahl Bait Rasulullah s.a.w.
Ini adalah terjemahan Kitab al-Imarah (Pemerintahan) daripada Sahih Muslim. Cairo, 1955, Jilid II, him. 1542-1543. Bab pada menyatakan urusan kekhalifah/lmamah hanya berada di tangan dua belas (12) Imam daripada Quraisy, seperti berikut:
Hadith No. 4;
Ahmad bin ‘Abdullah bin Yunus telah memberitahukan haddatha-na” kami. ‘Asim bin Muhammad bin Zaid telah memberitahukan kami daripada bapanya. … Dia berkata: ‘Abd u-llah berkata: Rasulullah s.a.ui. bersabda; “Sentiasa urusan ini “Khalifah/Imamah” berada di tangan Quraisy, sekalipun tinggal dua orang”.
Hadith No. 5;
Qutaibah bin Sa’id telah memberitahukan kami. Jarir telah memberitahu-kan kami daripada Husain daripada Jabir bin Samurah. Dia berkata: Aku telah
mendengar Nabi s.a.w. bersabda. Rifa’ah bin al-Haitham al-Wasiti telah
memberitahukan kami. Khalid bin ‘Abdullah al-Tihan telah memberitahukan kami daripada Husain Jabir bin Samurah. Dia berkata: Aku telah datang kepada Rasulullah bersama bapaku, maka aku mendengarnya bersabda: “Urusan ini (Khalifah/Imamah) tidak akan selesai sehingga berlalunya kepada
mereka dua belas (12) khalifah”. Dia berkata: Kemudian dia bercakap kepadaku dengan perlahan. Dia berkata: maka aku pun berkata kepada bapaku: Apakah yang diucapkannya? Dia menjawab: Mereka semua adalah daripada Quraisy”.
Hadith No. 6;
Ibn Abi ‘Umar telah memberitahukan aku. Sufyan talah memberitahu kepada kami daripada ‘Abdu l-Malik bin ‘Umair daripada Jabir bin Samurah. Dia, berkata: Aku talah mendengar Nabi s.a.u. bersabda: “Sentiasa urusan manusia berlalu begitu sahaja selagi mereka tidak dipimpin oleh dua belas (12) lalaki”. Kemudian Nabi s.a.w. bercakap kepadaku dengan perkataan yang perlahan. Maka aku pun bertanya bapaku: Apakah yang diucapkan oleh Rasulullah s.a.w.? Maka dia berkata: Semua mereka adalah daripada Quraisy”.
Hadith No.7;
Haddad bin Khalid al-Azdiyy telah memberitahukan aku. Hammad bin Salmah telah memberitahukan kami daripada Simak bin Harb. Dia berkata: Aku telah
mendengar Jabir bin Samurah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Islam sentiasa kuat/mulia sehingga dua belas (12) khalifah”. Kemudian dia mengucapkan kalimah yang aku tidak memahaminya. Maka aku pun berkata kepada bapaku: Apakah yang diucapkannya? Dia berkata: “Semua mereka adalah daripada Quraisy”.
Hadith No. 8;
Abu Bakr din, Abi Syaibah…… Jabir bin Samurah berkata: Nabi s.a.w.
Bersabda: “Sentiasa urusan ini (Khalifah/Imamah) menjadi teguh/mulia sehingga dua belas (12) khalifah”. Dia berkata: Kemudian dia bercakap sesuatu yang aku tidak memahaminya. Maka aku bertanyakan bapaku: Apakah yang diucapkan­nya? Maka dia menjawab: “Semua mereka adalah daripada Quraisy”.
Hadith No. 9;
Nasru bin ‘Ali al-Jadhami telah memberitahukan aku….. Jabir bin Samurah berkata: Aku datang kepada Rasulullah bersama bapaku maka aku mendengarnya ‘ bersabda: “Agama ini sentiasa kuat/mulia sehingga dua belas (12) khalifah”. Dia (Rasulullah s.a.w.) telah mengucapkan perkataan yang tidak dapat didengari-nya oleh orang ramai. Aku bertanya kepada bapaku: Apakah yang d,iucepkan oleh-nya? Dia menjawab: “Semua mereka adalah daripada Quraisy”.
Hadith No. 10;
Qutaibah bin Sa’id dan Abu Bakr bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami….. Jabir bin Samurah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda: “Agama ini sentiasa teguh sehingga datangnya Qiamat atau
(berlalu) di atas kamu dua belas (12) khalifah”.
Sementara al-Bukhari di dalam Sahihnya, Cairo, 1952, IX, him. “205, mengatakan dsngan perkataan “12 amir”. Walau bagaimanapun Muslim dan al-Bukhari bersetuju bahawa urusan dunia tidak akan selesai malainkan berlalunya 12 khalifah, 12 lelaki, atau 12 amir.
:stun:
Kelebihan keturunan Rasulullah s.a.w.
Terjemahan Kitab al-Fadail daripada Sahih Muslim, Cairo, 1955, Dilid IV, him. 1782 mengenai “kelebihan keturunan’Rasulullah s.a.w.”.
1. (Hadis No. 2276) Muhammad bin Mihran al-Razi dan Muhammad bin ‘Abdu r-Rahman bin Sahm telah memberitahukan haddatha-na aku semuanya daripada al-Walld. Muhammad bin Mihran berkata: al-Walid bin Muslim telah memberitahukan kami. Al-Auza’i telah memberitahukan kita daripada Abi ‘Ammar, sssungguhnya beliau telah mendengar Wathilah bin al-Asaq’ berkata: Aku men-dengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah daripada anak Isma’il. Dia telah memilih Quraisyh daripada Kinanah, memilih Bani Hashim daripada Quraisyh dan Dia telah memilih aku daripada Bani Hashim”. Hadis ini dikenali dengan hadis al-Istifa’.
Kelebihan Ahl al-Bait nabi s.a.w.
2. (Hadis No. 2424) Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Muhammad bin Abdullah bin Numair telah memberitahukan kami, mereka berdua berkata: Muhammad bin Bisyr telah memberitahukan kami daripada Zakariyya’a daripada Mus’ab bin Syaibah daripada Safiyyah binti Syaibah. Dia berkata: ‘Aisyah berkata: Nabi s.a.w. telah keluar di waktu siang dan di atasnya Kisa’ pakaian (selimut) berwarna hitam. Al-Hasan bin ‘Ali datang (kepadanya lalu dia memasukkannya (kemudian datang Fatimah maka dia memasukkannya (ke dalamnya). Kemudian ‘Ali datang maka dia memasukkannya. Kemudian dia membaca “Sesungguhnya Allah mahu menghilangkan daripada kamu Ahl al-Bait kekotoran dan membersihkan kamu dengan sebersih bersihnya” (Surah al-Ahzab (33): 33). Hadis ini dikenali dengan hadis al-Kisa’.
3. (Hadis No. 2404 (31) Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Ghundar telah memberitahukan kami daripada Syu’bah. Muhammad bin al-Muthanna dan Ibn Basysyar berkata: Muhammad bin Ja’far dan Mus’ab bin Sa’d bin Abi Waqqas telah mem­beritahukan kami daripada Sa’d bin Abi Waqqas. Dia berkata: Rasulullah s.a.i telah meninggalkan ‘Ali bin Abi Talib (di Madinah) semasa Peperangan tabuk. Maka ‘Ali a.s. berkata: Uahai Rasulullah! Kamu tinggalkan aku (untuk men— jaga) perempuan dan kanak-kanak? Rasulullah s.a.w. bersabda: tidakkah kamu redha kedudukan (al-Manzilah) kamu disisiku samalah kedudukan Harun disisi Musa? Hanya tidak ada nabi selepasku”. Hadis ini dikenali dengan hadis al-Manzilah (Ibid., him. 1871).
4. (Hadis No. 2408) Zuhair bin Harb dan Syuja’ bin Makhlad telah memberi­tahukan aku….. kemudian Rasulullah s.a.u. berdiri dan bersabda: Adapun sekalian daripada itu, wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah manusia di mana aku akan didatangi oleh utusan Tuhanku, maka aku akan menyahutinya. Dan aku meninggalkan kepadamu dua perkara yang berharga: Pertamanya kitab Allah padanya petunjuk dan cahaya. Oleh itu beramal dan berpegang teguhlah kamu semua dengan kitab Allah dan keluargaku”. Hadis ini dikenali dengan Hadis Thaqalain. (Sahih Muslim, IV, him. 1873).
Jika.diperhatikan hadis “imam dua belas”, hadis al-Istif a”‘, hadis al-Manzilah, dan hadis Thaqalain, maka ternyata bahawa Imamah/Khalifah mestilah berada di tangan ‘Ali dan anak-anaknya daripada Fatimah seperti al-Hasan dan al-Husain. Kerana merekalah Ahl Bait Rasulullah s.a.w. Sementara isteri-isteri baginda tidaklah termasuk di dalam pengertian Ahl al-Bait dari segi istilah. ‘Aisyah umpamanya dari Bani Taim, Hafsah dari Bani ‘Adi dan mereka berdua bukan dari Bani Hashim. Dan mereka tidak termasuk di dalam Surah al-Ahzab (33): 33 yang berdiri dengan sendiri; tanpa kaitan dengan ayat sebelumnya. Lantaran itu perkataan innama telah digunakan di dalam ayat tersebut (Surah al-Ahzab : 33).
Lantaran itu tidak hairanlah jika Syaikh Sulaiman al-Balkhi (Ahli Sunnah) menyatakan: “Hadis imam dua belas tidak sesuai jika dimaksudkan dengan Khalifah al-Rasyidin kerana mereka kurang daripada 12. Dan ianya juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani Umayyah kerana merska lebih dari 12. Semua mereka adalah zalim selain dari Umar bin Abdul Aziz, dan mereka pula bukan daripada Bani Hashim kerana nabi bersabda: Semua mereka mestilah dari Bani Hashyim
.
Dan ianya juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani ‘Abbas kerana mereka lebih dari 12. Mereka juga menindas anak cucu Rasulullah dan melanggar suruhan al-Qur’an. Oleh itu satu cara untuk mentafsirkan hadis itu ialah menerima 12 imam itu dari Ahl Bait Rasulullah s.a.w. kerana merekalah yang paling alim, paling takwa, mempunyai sifat-sifat yang paling baik, paling tinggi nasab-nya dan lebih mulia dari sisi Allah, dan ilmu-ilmu mereka diambil dari bapa-bapa mereka yang berhubung rapat dengan moyang mereka Muhammad s.a.u.”, (Yanabi al-Muawaddah, him. -447)
.
:stun:
Kemuliaan Ahlul Bait Dalam Hadis Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda. “Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya kembali kepadaKu di Al Haudh“ (Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz III hal 148 Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa sanad hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim).
Hadis-hadis Shahih dari Rasulullah SAW menjelaskan bahwa mereka Ahlul Bait AS adalah pedoman bagi umat Islam selain Al Quranul Karim. Mereka Ahlul Bait senantiasa bersama Al Quran dan senantiasa bersama kebenaran.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761)
Hadis ini menjelaskan bahwa manusia termasuk sahabat Nabi diharuskan berpegang teguh kepada Al Quran dan Ahlul Bait. Ahlul Bait yang dimaksud dijelaskan sendiri dalam Hadis Sunan Tirmidzi di atas atau Hadis Kisa’ yaitu Sayyidah Fathimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan AS dan Imam Husain AS.
Selain itu ada juga hadis
Hanash Kanani meriwayatkan “aku melihat Abu Dzar memegang pintu ka’bah (baitullah)dan berkata”wahai manusia jika engkau mengenalku aku adalah yang engkau kenal,jika tidak maka aku adalah Abu Dzar.Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Ahlul BaitKu seperti perahu Nabi Nuh, barangsiapa menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka mereka akan tenggelam”.(Hadis riwayat Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 2 hal 343 dan Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih).
Hadis ini menjelaskan bahwa Ahlul Bait seperti bahtera Nuh dimana yang menaikinya akan selamat dan yang tidak mengikutinya akan tenggelam. Mereka Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah pemberi petunjuk keselamatan dari perpecahan.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan penghuni bumi dari bahaya tenggelam di tengah lautan.Adapun Ahlul BaitKu adalah petunjuk keselamatan bagi umatKu dari perpecahan.Maka apabila ada kabilah arab yang berlawanan jalan dengan Mereka niscaya akan berpecah belah dan menjadi partai iblis”.
(Hadis riwayat Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 3 hal 149, Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih sesuai persyaratan Bukhari Muslim).
Begitu besarnya kemuliaan Ahlul Bait Rasulullah SAW ini membuat mereka jelas tidak bisa dibandingkan dengan sahabat-sahabat Nabi ra. Tidak benar jika dikatakan bahwa Ahlul Bait sama halnya sahabat-sahabat Nabi ra sama-sama memiliki keutamaan yang besar karena jelas sekali berdasarkan dalil shahih di atas bahwa Ahlul Bait kedudukannya lebih tinggi karena Mereka adalah tempat rujukan bagi para sahabat Nabi setelah Rasulullah SAW meninggal. Jadi tidak tepat kalau dikatakan Ahlul Bait juga bisa salah, atau sahabat Nabi bisa mengajari Ahlul Bait atau Menyalahkan Ahlul Bait. Sekali lagi, Al Quran dan Hadis di atas sangat jelas menunjukkan bahwa mereka Ahlul Bait akan selalu bersama kebenaran oleh karenanya Rasulullah SAW memerintahkan umatnya(termasuk sahabat-sahabat Beliau SAW) untuk berpegang teguh dengan Mereka Ahlul Bait
.
Sempuranya Islam adalah dengan Risalah Rasulullah SAWW dan Wilayah Ali AS
Yaitu firman (Surat al-Mai’dah (5:67) “Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan anamatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan ) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. “
Allah SWT telah memerintahkan Nabi-Nya di Ghadir Khum supaya memberikan ayat yang mulia ini kepada umat Muslimin. Ahli Tafsir Sunnah dan Syi’ah bersepakat bahwa ayat ini diturunkan di Ghadir Khum mengenai ‘Ali AS untuk melaksanakan urusan Imamah. Itu merupakan nash bagi jabatan khalifah yang besar dan pimpinan agama yang mulia. Tidak akan meragukannya melainkan orang yang menuruti hawa nafsu atau karena fanatik kepada mazhab yang dianut.
Sikap tersebut adalah melanggar Qur’an dan mengingkari hadits-hadits Nabi SAWW yang mutawatir yang disepakati kesahihannya kecuali orang fanatik yang dikuasai oleh nafsu al-Ammarah. Dengan sikap itu dia akan binasa karena pengingkarannya terhadap dasar agama.
Al-’Allamah al-Sayyid al-’Abbas al-Kasyani menyatakan di dalam buku Masabih al-Jinan114 bahwa hari perayaan al-Ghadir adalah perayaan Allah yang besar dan perayaan Rasulullah serta Ahlu l-Bayt Muhammad SAWW. Itulah sebesar-besar perayaan dan semulia-mulia perayaan di sisi mereka. Yaitu hari di mana Rasulullah SAWW telah melantik ‘Ali AS sebagai imam dan khalifah berikutnya dengan kehadiran dan disaksikan ribuan kaum Muslimin yang datang dari segenap pelosok dunia.
Ia telah memerintahkan mereka supaya membai’ahnya dan menyerahkan kepadanya urusan pemerintahan Mukminin. Peristiwa ini terjadi saat Haji Wada ‘di suatu tempat bernama Ghadir Khum, tiga mil dari Juhfah dekat Rabigh setelah beliau kembali dari mengerjakan haji di antara Mekkah dan Madinah. Jibra’il datang kepada beliau untuk tujuan tersebut.
Nabi SAWW merasa takut untuk melanggar kaumnya belum siap, lalu ia berdoa: “Ya Tuhanku! Sesungguhnya kaumku masih baru dengan zaman Jahiliyyah. Apabila aku melakukan perintah ini, mereka akan berkata: Ia melakukannya kepada sepupunya.
Kemudian Jibra’il AS datang kepada kedua kali sekitar lima jam berlalunya siang dan berkata: Ya Muhammad! Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Anda dan berfirman : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhanmu (yaitu tentang ‘Ali) dan jika kamu tidak melaksanakannya maka kamu tidak menyampaikan risalahnya.”
Jumlah yang hadir saat itu melebihi seratus ribu orang. Jibra’il memberitahu Nabi SAWW supaya umat berhenti di tempat itu, dan menyatakan ‘Ali sebagai khalifah mereka, dan menyampaikan kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memeliharanya’ Asamahu dari orang-orang. Sedangkan tiba di Ghadir Khum, azan berkumandang di langit dan shalat berjama’ah didirikan.
Di hari itu panas terik, jika daging dilemparkan ke tanah niscaya ia akan masak. Nabi SAWW menyuruh mereka supaya menyusun batu seperti mimbar kemudian diteduhi dengan kain di atasnya. Lalu beliau berdiri di atasnya sementara mereka berkumpul, ia memberi khutbahnya yang paling bersejarah, menguatkan suaranya supaya dapat didengar oleh seratus ribu lebih Muslimin yang datang dari setiap pelosok. Setelah memuji Allah, ia menyampaikan nasihat dan menyatakan kepada ummah pada semakin dekatnya wafat beliau seraya berkata: Aku telah dipanggil dan hampir aku menyahutinya dan denyut jantung hatiku kian memuncak di hadapan kalian.
“Kemudian beliau mengangkat tangan ‘Ali AS sehingga orang ramai melihat keputihan ketiak Rasulullah SAWW sambil berkata: Wahai manusia! Tidakkah aku lebih aula dari diri kalian? Mereka menjawab: Ya Wahai Rasulullah (SAWW).
Ya Beliau bersabda: “Ya Tuhanku, siapa yang aku telah menjadi maulanya, maka ‘Ali adalah maulanya.” Tuhanku, cintailah mereka yang mewalikannya dan memusuhilah mereka yang sedang. Dan tolonglah orang yang menolongnya. Hinalah orang yang menghinanya. Murkailah orang yang memarahinya. Cintailah orang yang mencintainya. Muliakanlah orang yang memuliakannya.
Sesungguhnya Allah menyempurnakan bagi kalian agama kalian dengan wilayah dan imamahnya. Tidak membenci ‘Ali kecuali orang yang celaka. Tidak mewalikan ‘Ali kecuali orang yang bertaqwa. Wahai manusia, janganlah kalian kembali sesudahku dalam keadaan kafir, bunuh membunuh sesama kalian. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua hal yang beharga jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya : Kitab Allah dan Itrah Ahlu l-Baitku. Keduanya tidak akan berpisah sehingga kedua-duanya dikembalikan di Haudh.
Wahai manusia! Telah sesat kebanyakan orang-orang yang terdahulu. Akulah Sirat al-Mustaqim di mana Allah telah memerintahkan kalian agar berjalan di atasnya untuk mendapat petunjuknya. Ali sesudahku, kemudian Hasan, Husain dan sembilan (manusia) imam dari keturunannya yang menunjuk kebenaran. Sesungguhnya aku telah menjelaskan kepada kalian dan memahamkan kalian. Dan inilah ‘Ali yang akan memahamkan kalian sesudahku.
Sesungguhnya aku menyeru kalian agar berjabat tanganku sebagai tanda membai’ahnya dan memperakuinya. Sesungguhnya aku telah membai’ah Allah dan ‘Ali . Sesungguhnya bai’ah kalian kepadanya adalah dari Allah. Justru itu barang siapa yang mengingkari bai’ahnya maka dia sesungguhnya mengingkari dirinya sendiri. Dan barang siapa yang menepati apa yang telah dijanjikan Allah SWT maka Dia akan memberi ganjaran yang besar. “
Tiba-tiba ‘Umar bin al-Khattab berkata kepada’ Ali : Selamat kepada Anda wahai anak lelaki Abu Talib. Anda adalah maulaku dan maula setiap Mukmin dan mukminat. Di dalam riwayat yang lain pula Umar berkata: Selamat bahagia untuk Anda wahai ‘Ali.
Abu Sa’id al-Khudri berkata: Pada masa itu kami belum pulang sehingga turunnya ayat ikmalu d-Din (Surah al-Maidah (5): 3) yang berarti: “Pada hari ini telahku sempurnakan bagimu agamamu, dan telahku cukupkan kepadamu nikmatKu , dan telahku redha Islam itu agamamu. “
Nabi bersabda : Allahu Akbar karena (Allah telah) menyempurnakan agama, menyempurnakan nikmat dan keridhaan Tuhan dengan Risalahku dan dengan Wilayah ‘Ali AS sesudahku
:stun:
Kewajipan ikut mazhab Ahlul-Bait (as).
>> Dalil dari Al-Quran :
1. Ayat al-Wilayah (QS. al-Maidah: 54)
” Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman yang mendirikan salat dan memberikan sedekah dalam keadaan ruku.”
Al-Tabrani telah menulisnya di dalam al-Ausat.2 Ibn Mardawaih daripada ‘Ammar bin Yassir berkata:
” Seorang peminta sadqah berdiri di sisi Ali yang sedang rukuk di dalam sembahyang sunat. Lalu beliau mencabutkan cincinnya dan memberikannya kepada peminta tersebut. Kemudian dia memberitahukan Rasulullah SAWAW mengenainya. Lalu ayat tersebut diturunkan. Kemudian Nabi SAWAW membacakannya kepada para sahabatnya.
Beliau bersabda:
” Siapa yang telah menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya. Wahai Tuhanku, hormatilah orang yang memperwalikannya dan musuhilah orang yang memusuhinya, cintailah orang orang mencintainya, bencilah orang yang membencinya, tolonglah orang yang menolongnya, tinggallah orang yang meninggalkannya dan penuhilah kebenaran bersamanya di mana saja dia berada.”
2. Ayat at-Tathir (Surah al-Ahzab (33): 33):”
” Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan segala dosa dari kamu (‘an-kum) wahai Ahlu l-Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Dimaksudkan dengan Ahlul-Bait AS ialah ‘Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain AS. Demikianlah juga para ulama Ahlus-Sunnah menjelaskan bahawa maksud Ahlul-Bait ialah Nabi SAWAW dan keturunan ‘Ali yang disucikan.
3. Ayat al-Mubahalah (surah Ali Imran (3): 61)
” Sesiapa yang membantahmu mengenai (kisah ‘Isa) sesudah datang ilmu (yang menyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubalahah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”
Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya53 berkata:’Abdullah telah memberitahukan kami dia berkata: Bapaku memberitahuku dia berkata: Qutaibah bin Sa’id dan Hatim bin Isma’il telah memberitahukan kami daripada Bakir bin Mismar daripada Amir bin Saad daripada bapanya dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAWAW bersabda kepadanya: Dia berkata: Manakala turun ayat al-Mubahalah maka beliau SAWAW menyeru ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husain dan bersabda:Wahai Tuhanku, mereka itulah keluargaku.
4. Ayat al-Muwaddah (Surah al-Syu’ara (42): 23):
” Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan (al-qurba). Dan siapa yang mengerjakan kebaikan (al-Hasanah) akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Ahmad bin Hanbal telah meriwayatkan di dalam Manaqib, al-Tabrani, al-Hakim dan Ibn Abi Hatim daripada ‘Abbas sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam pentafsiran ayat 14 daripada ayat-ayat yang telah dinyatakan di dalam fasal pertama daripada bab sebelas daripada al-Sawa’iqnya dia berkata: Manakala turunnya ayat ini mereka bertanya:
Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka?
Beliau SAWAW menjawab: ” Ali, Fatimah dan dua anak lelaki mereka berdua.”
5. Ayat Salawat (Surah al-Ahzab (33):56):
” Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Imam Syafi’i dalam Musnadnya berkata: Ibrahim bin Muhammad telah memberitahukan kami bahawa Safwan bin Sulaiman telah memberitahukan kami daripada Abi Salmah daripada ‘Abdur Rahman daripada Abu Hurairah dia bertanya:
Wahai Rasulullah, bagaimana kami bersalawat ke atas anda?
Maka Rasulullah SAWAW menjawab: Kalian katakanlah, ” Allah humma salli ala Muhammad wa ali Muhammad
6. Ayat Tabligh atau Hadith al-Ghadir (Surah al-Mai’dah (5:67)
” Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, (bererti) kamu tidak menyampaikan anamatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
Fakhruddin al-Razi di dalam Mafatih al-Ghaib berkata: Ahli Tafsir telah menyebutkan bahawa sebab turun ayat ini sehingga dia berkata: (kesepuluh) ayat ini telah diturunkan tentang kelebihan ‘Ali bin Abi Talib AS.
Manakala ayat ini diturunkan Nabi SAWAW memegang tangan ‘Ali AS dan bersabda:
” Siapa yang telah menjadikan aku maulanya, maka ‘Ali adalah maulanya. Hormatilah orang yang mewalikannya dan musuhilah orang yang memusuhinya. “
Kemudian Umar (RD) memujinya dan berkata:
” Tahniah kepada anda wahai anak Abu Talib. Anda telah menjadi maulaku dan maula semua mukmin dan mukminah.” ( riwayat Ibn ‘Abbas, al-Barra’ bin Azib dan Muhammad bin Ali.)
Al-Suyuti di dalam al-Durr al-Manthur mengaitkan riwayat Ibn Mardawaih daripada Ibn Asakir kepada Abu Sai’d al-Khudri. Dia berkata: Manakala Rasulullah SAWAW melantik ‘Ali AS pada hari Ghadir Khum, maka beliau SAWAW mengisytiharkan wilayah ‘Ali AS. Lalu Jibra’il AS menurunkan ayat Ikmalud-Din (Surah al-Mai’dah(5):3) – ” Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu.”
:stun:
>> Dalil dari hadiths Rasulullah (saw) :
Imam Ja’far al-Sadiq AS berkata:
“Aneh sekali mereka berkata: Mereka mengambil ilmu mereka semuanya daripada Rasulullah SAWAW. Lantas mereka mengetahui dan mendapat petunjuk daripadanya. Mereka fikir kami Ahlul-Bait tidak mengambil ilmunya dan kami tidak mendapat petunjuk daripadanya. Sedangkan kami keluarganya dan zuriatnya. Di rumah kamilah turunnya wahyu. Dan dari kamilah ia mengalir kepada orang ramai. Adakah anda fikir merekalah yang mengetahui dan mendapat petunjuk sementara kami jahil dan sesat?
Imam Baqir AS berkata:
” Sekiranya kami memberitahukan kepada orang ramai menurut pendapat dan hawa nafsu kami, nescaya kami binasa. Tetapi kami memberitahukan mereka dengan hadith-hadith yang kami kumpulkannya daripada Rasulullah SAWAW sebagaimana mereka mengumpulkan emas dan perak.”
Imam Ja’far al-Sadiq AS berkata:
” Hadithku adalah hadith bapaku. Hadith bapaku adalah hadith datukku. Hadith datukku adalah hadith Husain. Hadith Husain adalah Hadith Hasan. Hadith Hasan adalah hadith Amiru l-Mukminin. Hadith Amiru l-Mukminin adalah hadith Rasulullah SAWAW. Dan hadith-hadith Rasulullah SAWAW adalah firman Allah SWT.1
1. Hadith al-Dar atau al-Indhar (Hadith jemputan di rumah atau hadith peringatan)
Nabi (saw) bersabda :
” Sesungguhnya ini adalah saudaraku, wasiku dan khalifahku pada kalian. Maka dengarlah kalian kepadanya, dan patuhilah.” Beliau berkata: Orang ramai bangun dan ketawa sambil berkata kepada Abu Talib, sesungguhnya beliau telah memerintahkan anda supaya mendengar anak anda dan mematuhinya.
2. Hadith Thaqalain (Hadith dua perkara yang berharga)
Sabda Nabi SAWAW
” Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian thaqalain (dua perkara yang berharga) Kitab Allah dan itrah Ahlul-Baitku. Sekiranya kalian berpegang kepada kedua-duanya nescaya kalian tidak akan sesat selepasku selama-lamanya.”
Sayyid Syarafuddin al-Musawi di dalam Muraja’at-nya menegaskan bahawa mafhum sabda Nabi SAWAW: Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sekiranya kalian berpegang kepadanya, kalian tidak akan sesat selamanya; Kitab Allah dan ‘itrahku. Iaitu orang yang tidak berpegang kepada kedua-duanya adalah berada di dalam kesesatan.
Sebagaimana diperkuatkan oleh Hadith Nabi SAWAW:
” Janganlah kalian mendahului kedua-duanya nescaya kalian akan binasa dan janganlah kalian mengabaikan kedua-duanya nescaya kalian juga akan binasa. Dan janganlah kalian mengajar mereka kerana mereka itu lebih mengetahui daripada kalian.
3. Hadith al-Manzilah (Hadith mengenai kedudukan ‘Ali dan Harun)
Sabdanya SAWAW:
” Tidakkah anda meridhai wahai ‘Ali, anda di sisiku seperti Manzilah (kedudukan) Harun di sisi Musa hanya tidak ada nabi selepasku.”
Lantaran itu ‘Ali, menurut ayat ini, adalah khalifah Rasulullah pada kaumnya, wazirnya pada keluarganya dan rakan kongsinya di dalam urusannya sebagai penggantinya dan bukan sebagai nabi.
Beliau adalah orang yang paling layak pada ummatnya semasa hidup dan mati. Oleh itu mereka wajib mentaatinya semasa beliau menjadi pembantunya seperti Harun kepada ummat Musa di zaman Musa.
4. Hadith al-Safinah (Hadith Bahtera)
Sabda Nabi SAWAW:
” Umpama Ahlul-Baitku samalah seperti bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya berjaya. Dan siapa yang enggan atau terlambat akan tenggelam.”
Al-Tabrani telah mencatatkan di dalam al-Ausat daripada Abu Sa’id, Nabi SAWAW bersabda: Umpama Ahlul-Baitku pada kalian sepertilah bahtera Nuh. Siapa yang menaikinya berjaya dan siapa yang enggan atau terlambat akan tenggelam. Dan umpama Ahlul-Baitku pada kalian sepertilah pintu pengampunan bagi Bani Isra’il. Siapa yang memasukinya akan diampun.
Di antara orang yang mengakui kesahihannya ialah Imam al-Syafi’i sendiri. Al-Ujaili telah mengaitkan kata-kata Syafi’i di dalam Dhakhirah al-Mal:
Manakala aku melihat manusia telah berpegang kepada mazhab yang bermacam-macam di lautan kebodohan dan kejahilan Aku menaiki dengan nama Allah bahtera kejayaan mereka itulah Ahlul-Bait al-Mustafa dan penamat segala Rasul.
5. Hadith Madinah al-’Ilm (Hadith Bandar Ilmu)
Sabda Nabi SAWAW:
” Aku adalah bandar ilmu dan ‘Ali adalah pintunya.”
Atau kebinasaan jika ia menyalahi dan mendurhakai perintah orang yang memerintah. Sebagaimana sabdanya:
” Siapa yang inginkan ilmu, maka hendaklah datang melalui pintunya dan siapa yang datang bukan melalui pintunya dikira pencuri dan dia adalah dari parti ‘iblis. “
Rasulullah SAWAW bersabda:
” Anda wahai ‘Ali! Pewaris ilmuku, suami anak perempuanku, pelaksana agamaku dan khalifahku selepasku.”
Justeru itu Amirul Mukminin telah menunjuk kepada dadanya di suatu hari di atas mimbar Masjid di Kufah sebanyak tiga kali sambil berkata:
” Disinilah sifat ilmu. Bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilanganku. Demi Allah sekiranya kalian bertanya kepadaku tentang jalan-jalan langit dan bumi, nescaya aku akan memberitahukan kalian mengenainya. Maka sesungguhnya aku lebih mengetahui jalan-jalan langit dan bumi. “
Hadith-hadith seumpama ini memanglah banyak, maka di manakah nilainya wahai Muslimun!, fikir dan renungkanlah !

Hadis tentang ahlul bait
Berikut ini adalah beberapa hadis Rasulullah SAW tentang ahlul bait :
Keistimewaan ahlul bait
Sabda Rasulullah SAW: “Mengapa ada orang-orang yang mengatakan bahwa hubungan kekerabatan dengan Rasulullah tidak bermanfaat pada hari kiamat? Sungguhlah, kekerabatanku berkesinambungan di dunia dan akhirat”
Sabda Rasulullah SAW: “Bintang-bintang adalah keselamatan bagi penghuni langit, sedang ahlul-baitku keselamatan bagi penghuni bumi”
Ahlul bait adalah bekal dari Rasulullah
Sahih Muslim: Zain bin Arqam berkata Rasulullah bersabda: “Amma ba’du. Hai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Utusan Tuhanku (Malaikat Maut) hampir tiba dan aku harus memenuhi panggilanNya. Aku tinggalkan pada kalian Ath-thaqalain (dua bekal berat). Yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) , di dalamnya terdapat petunjuk dan cahay terang. Maka amalkan dan berpeganglah padanya”. “Dan ahlul-baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku”
Manfaat mencintai ahlul-bait
Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal:
“Barangsiapa mencitaiku dan mencintai keduanya itu (yakni Al Hassan dan Al-Hussein) serta mencintai ibu dan bapa mereka, yakni Fatimah az-Zahra dan Sayyidina ‘Ali – kemudian ia meninggal dunia sebagai pengikut sunnahku, ia bersamaku di dalam syurga yang sederajat”
“Pada hari kiamat aku akan akan menjadi syafi’ (penolong) bagi empat golongan. Yang menghormati keturunanku; yang memenuhi keperluan mereka; yang berupaya membantu urusan mereka pada waktu diperlukan dan yang mencintai mereka sepenuh hati”
Wasiat agar umat Islam mencintai ahlul-bait
Hadis riwayat At -Thabarani dan lain-lain: “Belum sempurna keiimanan seorang hamba Allah sebelum kecintannya kepadaku melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri; sebelum kecintannya kepada keturunanku melebihi kecintaannya kepada keturunannya sendiri; sebelum kecintaannya kepada ahli-baitku melebihi kecintaannya kepada keluarganya sendiri, dan sebelum kecintannya kepada zatku melebihi kecintaannya kepada zatnya sendiri”.
Ibnu ‘Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Cintailah Allah atas kenikmatannya yang diberikanNya kepadamu sekalian dan cintailah aku dengan mencintai Allah dan cintailah ahlul-baitku karena mencintaiku”
Ad-Dailami meriwayatkan hadis dari Ali RA yang menyebut sabda Rasulullah SAW: “Di antara kalian yang paling mantap berjalan di atas sirath ialah yang paling besasr kecintaannya kepada ahlul-baitku dan para sahabatku”
Siapakah Ahlul Bait
Hadis Al Hakim berasal dari Zaid bin Arqam r.a.,
“.. Mereka (ahlul bait) adalah keturunanku, dicipta dari darah dagingku dan dikurniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui (pemutusan hubungan dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti ini, Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku (pertolonganku)”

Hadis Keutamaan Ahlul Bait Rasulullah Saaw
Hadis Keutamaan Ahlul Bait, Ahlulbayt Rasulullah as
Keutamaan Ahlul Bait Rasul as
“Hanash Kanani meriwayatkan “aku melihat Abu Dzar memegang pintu ka’bah (baitullah)dan berkata”wahai manusia jika engkau mengenalku aku adalah yang engkau kenal,jika tidak maka aku adalah Abu Dzar.Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Ahlul BaitKu seperti perahu Nabi Nuh,barangsiapa menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka mereka akan tenggelam”.
Hadis riwayat Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 2 hal 343 dan Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan penghuni bumi dari bahaya tenggelam di tengah lautan.Adapun Ahlul BaitKu adalah petunjuk keselamatan bagi umatKu dari perpecahan. Maka apabila ada kabilah arab yang berlawanan jalan dengan Mereka niscaya akan berpecah belah dan menjadi partai iblis”.
Hadis riwayat Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 3 hal 149, Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih sesuai persyaratan Bukhari Muslim.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.
Hadis riwayat Tirmidzi, Ahmad, Thabrani, Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761.
Keutamaan Sayyidah Fathimah Az Zahra as
Rasulullah SAW bersabda” Wanita penghuni surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Firaun.
Hadis shahih riwayat Ahmad,Thabrani,Hakim,Thahawi dalam Shahih Al Jami’As Saghir no 1135 dan Silsilah Al Hadits Al Shahihah no1508.
Bahwa ada malaikat yang datang menemui Rasulullah SAW dan berkata “sesungguhnya Fathimah adalah penghulu seluruh wanita di dalam surga”.
Hadis riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak dengan sanad yang baik.
Rasululah SAW bersabda kepada Fathimah“Tidakkah Engkau senang jika Engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”
Hadis riwayat Al Bukhari dalam kitab Al Maghazi .
Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Fathimah, tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummat ini atau wanita mukmin”
Hadis dalam Sahih Bukhari jilid VIII, Sahih Muslim jilid VII, Sunan Ibnu Majah jilid I hlm 518 , Musnad Ahmad bin Hanbal jilid VI hlm 282, Mustadrak Al Hakim jilid III hlm156.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Fathimah adalah bahagian dariku, barangsiapa yang membuatnya marah, membuatku marah!”
Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari Kitab Bad’ul Khalq bab Manaqib Qarabah Rasul.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda”Fathimah adalah sebahagian daripadaku; barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”
Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari kitab nikah bab Dzabb ar-Rajuli.
Keutamaan Imam Ali as
bahwa Rasulullah SAW bersabda “Ali bersama Al Quran dan Al Quran bersama Ali. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya menemuiku di telaga Haudh”.
Hadis riwayat Al Hafidz Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain juz 3 hal 124. Hadis ini dishahihkan oleh Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain yang berkata ”ini hadis yang shahih tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya”. Dalam Talkhis Mustadrak Adz Dzahabi juga mengakui keshahihan hadis ini.
bahwa Rasulullah SAW bersabda “barangsiapa taat kepadaKu, berarti ia taat kepada Allah dan siapa yang menentangKu berarti ia menentang Allah dan siapa yang taat kepada Ali berarti ia taat kepadaKu dan siapa yang menentang Ali berarti ia menentangKu.”
Hadis riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak juz 3 hal 121. Al Hakim dalam Al Mustadrak berkata hadis ini shahih sanadnya akan tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Adz Dzahabi juga mengakui kalau hadis ini shahih dalam Talkhis Al Mustadrak.
bahwa Rasulullah SAW bersabda” Kurasa seakan-akan aku segera akan dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya aku meninggalkan padamu ats Tsaqalain. yang satu lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Ittrahku. Jagalah Baik-baik kedua peninggalanku itu, sebab keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali denganku di al Haudh. Kemudian beliau berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu beliau mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abu Thalib) adalah juga maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya..
Hadis riwayat Al Hakim dalam kitab Mustadrak As Shahihain, Juz III hal 109 . Menurut Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak Hadis ini Shahih berdasarkan persyaratan Bukhari dan Muslim , pernyataan ini dibenarkan Adz Dzahabi dalam Talkhis Al Mustadrak.
Keutamaan Imam Hasan as dan Imam Husain as
Bahwa Rasulullah SAW bersabda”Hasan dan Husain adalah dua pemimpin Ahli Surga
Hadis riwayat Ahmad,Turmudzi dan Thabrani dalam Al Awsath dan Shahih Al Jami’ no 3180.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda”Hasan dan Husain adalah dua pemimpin para pemuda penduduk surga dan Ayah Mereka lebih baik dari Mereka”.
Hadis shahih riwayat Ibnu Majah dan Al Hakim dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilat As Shahihah no 796 dan Shahih Al Jami’ no 3182.
Bahwa Rasulullah SAW berdoa untuk Hasan”Ya Allah Aku sangat mencintai dan menyayangi Hasan maka cintai dan kasihilah Dia, serta cintai dan sayangilah orang yang mencintai dan menyayanginya”.
Hadis dalam Shahih Bukhari bab Manaqib Al Hasan wa Al Husain no 3749 dan Shahih Muslim bab Fadhail Al Hasan wa Al Husain no 2422.
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW berdiri di atas mimbar dan Hasan ada di sampingnya. Beliau SAW menoleh ke arah Hasan dan sesaat kemudian menoleh ke arah kaum muslimin di hadapannya. Lalu Beliau SAW bersabda “AnakKu ini adalah seorang pemimpin. Semoga Allah menyelamatkan dua kelompok dari kaum muslimin dengan berkahnya”.
Hadis dalam Shahih Bukhari bab Manaqib Al Hasan wa Al Husain no 3746.
Nabi Muhammad SAW bersabda “Husain adalah dariKu dan Aku dari Husain. Allah mencintai orang yang mencintainya. Husain adalah keturunan dari keturunan-keturunan Nabi.
Hadis riwayat Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad, Turmudzi dalam Al Manaqib dan berkata hadis ini hasan. Syaikh Al Albani menyatakan hadis ini hasan dalam Shahih Al Jami’ no 3416.

Keistimewaan ahlul bait
Kita tahu bahwa Rasulullah-Ahlulbait tidak bisa dipisahkan, karena keduanya memang satu.
Sabda Rasulullah SAW: “Mengapa ada orang-orang yang mengatakan bahwa hubungan kekerabatan dengan Rasulullah tidak bermanfaat pada hari kiamat? Sungguhlah, kekerabatanku berkesinambungan di dunia dan akhirat”
Sabda Rasulullah SAW: “Bintang-bintang adalah keselamatan bagi penghuni langit, sedang ahlul-baitku keselamatan bagi penghuni bumi”
Ahlul bait adalah bekal dari Rasulullah
Sahih Muslim: Zain bin Arqam berkata Rasulullah bersabda: “Amma ba’du. Hai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Utusan Tuhanku (Malaikat Maut) hampir tiba dan aku harus memenuhi panggilanNya. Aku tinggalkan pada kalian Ath-thaqalain (dua bekal berat). Yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) , di dalamnya terdapat petunjuk dan cahay terang. Maka amalkan dan berpeganglah padanya”. “Dan ahlul-baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah mengenai ahlul-baitku”
Manfaat mencintai ahlul-bait
Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal:
“Barangsiapa mencitaiku dan mencintai keduanya itu (yakni Al Hassan dan Al-Hussein) serta mencintai ibu dan bapa mereka, yakni Fatimah az-Zahra dan Sayyidina ‘Ali – kemudian ia meninggal dunia sebagai pengikut sunnahku, ia bersamaku di dalam syurga yang sederajat”
“Pada hari kiamat aku akan akan menjadi syafi’ (penolong) bagi empat golongan. Yang menghormati keturunanku; yang memenuhi keperluan mereka; yang berupaya membantu urusan mereka pada waktu diperlukan dan yang mencintai mereka sepenuh hati”
Wasiat agar umat Islam mencintai ahlul-bait
Hadis riwayat At -Thabarani dan lain-lain: “Belum sempurna keiimanan seorang hamba Allah sebelum kecintannya kepadaku melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri; sebelum kecintannya kepada keturunanku melebihi kecintaannya kepada keturunannya sendiri; sebelum kecintaannya kepada ahli-baitku melebihi kecintaannya kepada keluarganya sendiri, dan sebelum kecintannya kepada zatku melebihi kecintaannya kepada zatnya sendiri”.
Ibnu ‘Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Cintailah Allah atas kenikmatannya yang diberikanNya kepadamu sekalian dan cintailah aku dengan mencintai Allah dan cintailah ahlul-baitku karena mencintaiku”
Ad-Dailami meriwayatkan hadis dari Ali RA yang menyebut sabda Rasulullah SAW: “Di antara kalian yang paling mantap berjalan di atas sirath ialah yang paling besasr kecintaannya kepada ahlul-baitku dan para sahabatku”
Siapakah Ahlul Bait
Hadis Al Hakim berasal dari Zaid bin Arqam r.a.,
“.. Mereka (ahlul bait) adalah keturunanku, dicipta dari darah dagingku dan dikurniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui (pemutusan hubungan dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti ini, Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku (pertolonganku)”
Sumber Rujukan
* (Tun) Suzana (Tun) Hj Othman, Hj Mujaffar Dato’ Hj Mohammad, Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah SAW dan Kesultanan Melayu , Crescent News , Kuala Lumpur 2006


Ahlulbait(as) Sentiasa Bersama Kebenaran



Ahlul Bait adalah personaliti yang selalu berada dalam kebenaran
Mereka mendapat kemuliaan yang begitu besar yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan Hadis. Banyak sekali isu-isu berkaitan masalah ini yang membuat orang enggan membahasnya. Yang saya maksud adalah bagaimana sebenarnya kedudukan Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam Islam. Ada sebahagian kelompok yang sangat memuliakan Ahlul Bait, berpedoman kepada mereka dan mengambil ilmu dari mereka. Ada juga kelompok yang lain yang juga memuliakan Ahlul Bait dan mendudukkan mereka setaraf dengan para sahabat Nabi SAW yang juga memiliki keutamaan yang besar. Ada perbezaan yang besar diantara kedua kelompok ini.
  • Kelompok yang pertama memiliki pandangan bahawa Ahlul Bait adalah pedoman bagi umat islam agar tidak sesat yakni mereka adalah personaliti yang ma’sum dan terbebas dari kesalahan. Kelompok yang pertama ini adalah Islam Syiah
  • Kelompok yang kedua memiliki pandangan bahwa Ahlul Bait tidak ma’sum walaupun memiliki banyak keutamaan iaitu mereka juga tidak terbebas dari kesalahan. Kelompok yang kedua ini adalah Islam Sunni.
Tulisan ini adalah analisis tentang bagaimana sebenarnya kedudukan Ahlul Bait dalam Islam. Sumber-sumber yang saya pakai sepenuhnya adalah hadis-hadis dalam Kitab Hadis Sunni. Sebelumnya perlu ditekankan bahawa tulisan ini berusaha untuk menelaah pandangan manakah yang benar dan sesuai dengan dalil berkaitan kedudukan Ahlul Bait Rasulullah SAW. Sebaiknya perlu juga dijelaskan bahwa pembahasan seputar kemuliaan Ahlul Bait ini tidak perlu selalu dikaitkan dengan Sunni atau Syiah. Maksudnya bagaimanapun nantinya pandangan saya tidak perlu dikaitkan dengan adakah saya Sunni atau Syiah(sememangnya saya Syiah) karena sememangnya bukan itu pokok masalahnya. Cukup sekadar mengkaji dalil atau argumen yang dipakai dan nilailah sendiri benar atau tidak.
Kemuliaan Ahlul Bait Dalam Al Quran
Al Quran dalam Surah Al Ahzab 33 telah menyatakan kedudukan Ahlul Bait bahawa mereka adalah manusia yang disucikan oleh Allah SWT.
Mari kita lihat Al Ahzab ayat 33 yang berbunyi
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait dan mensucikanmu sesuci-sucinya.
Jika kita melihat ayat sebelum dan sesudah ayat ini maka dengan sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa Ahlul Bait yang dimaksudkan itu adalah isteri-isteri Nabi SAW karena memang ayat sebelumnya ditujukan pada isteri-isteri Nabi SAW. Pemahaman seperti ini dapat dibenarkan jika tidak ada dalil shahih yang menjelaskan tentang ayat ini. Mari kita bahas.
Kita sepakat bahwa Al Quran diturunkan secara beransur-ansur, ertinya tidak diturunkan sekaligus dalam bentuk kitab yang utuh melainkan diturunkan sebahagian-sebahagian. Untuk mengetahui bila ayat-ayat Al Quran diturunkan kita harus merujuk kepada Asbabun Nuzulnya. Tapi sayangnya tidak semua ayat Al Quran terdapat asbabun nuzul yang shahih menjelaskan sebab turunnya. Berdasarkan hal ini maka ayat-ayat dalam al Quran dibahagi menjadi
  1. Ayat Al Quran yang memiliki Asbabun Nuzul atau sebab turunnya. Maksudnya ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa atau tujuan tertentu. Hal ini diketahui dengan hadis asbabun nuzul yang shahih.
  2. Ayat Al Quran yang tidak memiliki Asbabun Nuzul atau sebab turunnya karena memang tidak ada asbabun nuzul yang shahih yang menjelaskan sebab turunnya
Lalu apa kaitannya dengan pembahasan ini?.  Ternyata terdapat asbabun nuzul yang shahih yang menjelaskan turunnya penggalan terakhir surah Al Ahzab 33 yang lebih dikenal dengan sebutan Ayat Tathhir(ayat penyucian) iaitu frasa:
Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33)
Yang  terjemahannya adalah
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait dan mensucikanmu sesuci-sucinya.
Ternyata banyak Hadis-hadis shahih dan jelas yang menyatakan bahwa ayatInnamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33) turun sendiri terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya. Artinya ayat tersebut tidak terkait dengan ayat sebelum dan sesudahnyayang ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW. Ayat tersebut justru ditujukan untuk Pribadi-pribadi yang lain dan bukan istri-istri Nabi SAW. Mungkin ada yang akan berpendapat bahwa yang seperti ini sama halnya dengan Mutilasi ayat, hal ini jelas tidak benar karena ayat yang dimaksud memang ditujukan untuk peribadi tertentu sesuai dengan asbabun nuzulnya.
Sebenarnya Ada dua cara untuk mengetahui siapa yang dituju oleh suatu Ayat dalam Al Quran.
  • Cara yang pertama adalah dengan melihat ayat sebelum dan ayat sesudah dari ayat yang dimaksud, memahaminya secara keseluruhan dan baru kemudian menarik kesimpulan.
  • Cara kedua adalah dengan melihat Asbabun Nuzul dari Ayat tersebut yang terdapat dalam hadis yang shahih tentang turunnya ayat tersebut.
Cara pertama yaitu dengan melihat urutan ayat, jelas memiliki syarat bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan secara bersamaan atau diturunkan berkaitan dengan individu-individu yang sama. Dan untuk mengetahui hal ini jelas dengan melihat Asbabun Nuzul ayat tersebut. Jadi sebenarnya baik cara pertama atau kedua sama-sama memerlukan asbabun nuzul ayat tersebut. Seandainya terdapat dalil yang shahih dari asbabun nuzul suatu ayat tentang siapa yang dituju dalam ayat tersebut maka hal ini jelas lebih diutamakan ketimbang melihat urutan ayat baik sebelum maupun sesudahnya. Alasannya adalah ayat-ayat Al Quran tidaklah diturunkan secara bersamaan melainkan diturunkan berangsur-angsur. Oleh karenanya dalil shahih dari Asbabun Nuzul jelas lebih tepat menunjukkan siapa yang dituju dalam ayat tersebut.
Berbeda halnya apabila tidak ditemukan dalil shahih yang menjelaskan Asbabun Nuzul ayat tersebut. Maka dalam hal ini jelas lebih tepat dengan melihat urutan ayat baik sebelum maupun sesudahnya untuk menangkap maksud kepada siapa ayat tersebut ditujukan.
Jadi ini bukan mutilasi ayat tapi memang ayatnya turun sendiri terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya dan ditujukan untuk pribadi-pribadi tertentu. Hal ini berdasarkan hadis-hadis yang menjelaskan Asbabun Nuzul Ayat Tathir, Hadis ini memiliki derajat yang sahih dan dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah, Ahmad, Al Tirmidzi, Al Bazzar, Ibnu Jarir Ath Thabari, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Hatim, Al Hakim, Ath Thabrani, Al Baihaqi dan Al Hafiz Al Hiskani. Berikut adalah hadis riwayat Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi.
Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, “Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Fathimah, Hasan dan Husain, lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW .Beliau SAW pun menutupinya dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW? . Beliau bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan”. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan no 3871 dinyatakan shahih oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi).
Dari hadis ini dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut
  1. Bahwa ayat ini turun di rumah Ummu Salamah ra, dan terpisah dari ayat sebelum maupun sesudahnya. Hadis itu menjelaskan bahwa yang turun itu hanya penggalan ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.
  2. Ahlul Bait yang dimaksud dijelaskan sendiri oleh Nabi SAW melalui kata-kata Beliau SAW “Ya Allah, mereka adalah Ahlul BaitKu” Pernyataan ini ditujukan pada mereka yang diselimuti kain oleh Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
  3. Ayat ini tidak ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW. Buktinya adalah Pertanyaan Ummu Salamah. Pertanyaan Ummu Salamah mengisyaratkan bahwa ayat itu tidak ditujukan untuk istri-istri Nabi SAW, karena jika Ayat yang dimaksud memang turun untuk istri-istri Nabi SAW maka seyogyanya Ummu Salamah tidak perlu bertanya Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW?. Bukankah jika ayat tersebut turun mengikuti ayat sebelum maupun sesudahnya maka adalah jelas bagi Ummu Salamah bahwa Beliau ra selaku istri Nabi SAW juga dituju dalam ayat tersebut dan Beliau ra tidak akan bertanya kepada Rasulullah SAW. Adanya pertanyaan dari Ummu Salamah ra menyiratkan bahwa ayat ini benar-benar terpisah dari ayat yang khusus untuk Istri-istri Nabi SAW. Sekali lagi ditekankan kalau memang ayat itu jelas untuk istri-istri Nabi SAW maka Ummu Salamah ra tidak perlu bertanya lagi “Dan apakah aku bersama mereka wahai Nabi Allah?”.
  4. Penolakan Rasulullah SAW terhadap pertanyaan Ummu Salamah, Beliau SAW bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan”. Hal ini menunjukkan Ummu Salamah selaku salah satu Istri Nabi SAW tidaklah bersama mereka Ahlul Bait yang dituju oleh ayat ini. Beliau Ummu Salamah ra mempunyai kedudukan tersendiri dan bukanlah Ahlul Bait yang dimaksud dalam ayat ini.
Kesimpulan dari hadis-hadis Asbabun nuzul ayat tathhir adalah Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33 itu adalah
  1. Rasulullah SAW sendiri karena ayat itu turun untuk Beliau berdasarkan kata-kata Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW
  2. Mereka yang diselimuti kain oleh Rasulullah SAW dan dinyatakan bahwa mereka adalah Ahlul Bait Rasulullah SAW yang dimaksud yaitu Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as.
Terdapat beberapa ulama ahlus sunnah yang menyatakan bahwa ayat tathiir adalah khusus untuk Ahlul Kisa’ (Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as) yaitu
  1. Ibnu Jarir Ath Thabari dalam kitab Tafsir Ath Thabary juz I hal 50 ketika menafsirkan ayat ini beliau membatasi cakupan Ahlul Bait itu hanya pada diri Nabi SAW, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan menyatakan bahwa ayat tersebut hanya untuk Mereka berlima (merujuk pada berbagai riwayat yang dikutip Thabari).
  2. Abu Ja’far Ath Thahawi dalam kitab Musykil Al Atsar juz I hal 332-339 setelah meriwayatkan berbagai hadis tentang ayat ini beliau menyatakan bahwa ayat tathiir ditujukan untuk Rasulullah SAW, Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan tidak ada lagi orang selain Mereka. Beliau juga menolak anggapan bahwa Ahlul Bait yang dituju oleh ayat ini adalah istri-istri Nabi SAW. Beliau menulis Maka kita mengerti bahwa pernyataan Allah dalam Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya. (Al-Ahzab :33) ditujukan pada orang-orang yang khusus dituju olehNya untuk mengingatkan akan derajat Mereka yang tinggi dan para istri Rasulullah SAW hanyalah yang dituju pada bagian yang sebelumnya dari ayat itu yaitu sebelum ditujukan pada orang-orang tersebut”.
Mungkin terdapat keraguan sehubungan dengan urutan ayat Al Ahzab 33, kalau memang ayat tersebut hanya ditujukan untuk Ahlul Kisa’ kenapa ayat ini terletak diantara ayat-ayat yang membicarakan tentang istri-istri Nabi. Perlu ditekankan bahwa peletakan susunan ayat-ayat dalam Al Quran adalah dari Nabi SAW dan juga diketahui bahwa ayat ayat Al Quran diturunkan berangsur-angsur, pada dasarnya kita tidak akan menyelisihi urutan ayat kecuali terdapat dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa ayat tersebut turun sendiri dan tidak berkaitan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Berikut akan diberikan contoh lain tentang ini, yaitu penggalan Al Maidah ayat 3
“Pada pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Ayat di atas adalah penggalan Al Maidah ayat 3 yang turun sendiri di arafah berdasarkan Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih Bukhari no 4606 , Muslim dalam Shahih Muslim, no 3017 tidak terkait dengan ayat sebelum maupun sesudahnya yang berbicara tentang makanan yang halal dan haram.
Dari Thariq bin Syihab, ia berkata, ‘Orang Yahudi berkata kepada Umar, ‘Sesungguhnya kamu membaca ayat yang jika berhubungan kepada kami, maka kami jadikan hari itu sebagai hari besar’. Maka Umar berkata, ‘Sesungguhnya saya lebih mengetahui dimana ayat tersebut turun dan dimanakah Rasulullah SAW ketika ayat tersebut diturunkan kepadanya, yaitu diturunkan pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan Rasulullah SAW berada di Arafah. Sufyan berkata: “Saya ragu, apakah hari tsb hari Jum’at atau bukan (dan ayat yang dimaksud tersebut) adalah “Pada pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”(H.R.Muslim, kitab At-Tafsir)
Makna Ayat Tathir
Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33)
Innama
Setelah mengetahui bahwa ayat ini ditujukan untuk ahlul kisa’(Rasulullah SAW, Sayyidah Fathimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan AS dan Imam Husain AS) sekarang akan dibahas makna dari ayat tersebut. Ayat ini diawali dengan kataInnama, dalam bahasa arab kata ini memiliki makna al hashr atau pembatasan. Dengan demikian lafal ini menunjukkan bahwa kehendak Allah itu hanya untuk menghilangkan ar rijs dari Ahlul Bait as dan menyucikan Mereka sesuci-sucinya. Allah SWT tidak menghendaki hal itu dari selain Ahlul Bait as dan tidak juga menghendaki hal yang lain untuk Ahlul Bait as.
Yuridullah
Setelah kata Innama diikuti kata yuridullah yang berarti Allah berkehendak, perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa iradah Allah SWT terbagi dua yaitu iradah takwiniyyah dan iradah tasyri’iyyahIradah takwiniyyah adalah iradah Allah yang bersifat pasti atau niscaya terjadi, hal ini dapat dilihat dari ayat berikut
“Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadaNya ‘Jadilah ‘maka terjadilah ia”(QS Yasin :82)
“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apanila Kami menghendakinya,Kami hanya berkata kepadanya ‘Jadilah’maka jadilah ia”(QS An Nahl :40)
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”(QS Hud:107)
Sedangkan yang dimaksud Iradah tasyri’iyah adalah Iradah Allah SWT yang terkait dengan penetapan hukum syariat bagi hamba-hambanya agar melaksanakannya dengan ikhtiar mereka sendiri. Dalam hal ini iradah Allah SWT adalah penetapan syariat adapun pelaksanaannya oleh hamba adalah salah satu tujuan penetapan syariat itu, oleh karenanya terkadang tujuan itu terealisasi dan terkadang tidak sesuai dengan pilihan hamba itu sendiri apakah mematuhi syariat yang telah ditetapkan Allah SWT atau melanggarnya. Contoh iradah ini dapat dilihat pada ayat berikut
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)bulan ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda(antara yang haq dan yang bathil).Karena itu barangsiapa diantara kamu hadir di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur”.(QS Al Baqarah :185).
“Hai orang-orang beriman apabila kamu hendak mengerjakan sholat,maka basuhlah muka dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepalamu dan kakimusampai dengan kedua mata kaki dan jika kamu junub maka mandilah dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air,maka bertanyamumlah dengan tanah yang baik(bersih) sapulah muka dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmatnya bagimu supaya kamu bersyukur”.(QS Al Maidah : 6)

Iradah dalam Al Baqarah 185 adalah berkaitan dengan syariat Allah tentang puasa dimana aturan-aturan yang ditetapkan Allah itu adalah untuk memudahkan manusia dalam melaksanakannya,sehingga iradah ini akan terwujud pada orang yang berpuasa. Sedangkan yang tidak mau berpuasa jelas tidak ada hubungannya dengan iradah ini. Begitu juga Iradah dalam Al Maidah ayat 6 dimana Allah hendak membersihkan manusia dan menyempurnakan nikmatnya bagi manusia supaya manusia bersyukur, iradah ini jelas terkait dengan syariat wudhu dan tanyamum yang Allah tetapkan oleh karenanya iradah ini akan terwujud bagi orang yang bersuci sebelum sholat dengan wudhu dan tanyamum dan ini tidak berlaku bagi orang yang tidak bersuci baik dengan wudhu atau tanyamum. Dan perlu ditekankan bahwa iradah tasyri’iyah ini ditujukan pada semua umat muslim yang melaksanakan syariat Allah SWT tersebut termasuk dalam hal ini Ahlul Bait as.
Iradah dalam Ayat tathhiir adalah iradah takwiniyah dan bukan iradah tasyri’iyah artinya tidak terkait dengan syariat tertentu yang Allah tetapkan, tetapi iradah ini bersifat niscya atau pasti terjadi. Hal ini berdasarkan alasan-alasan berikut
  1. Penggunaan lafal Innama yang bermakna hashr atau pembatasan menunjukkan arti bahwa Allah tidak berkehendak untuk menghilangkan rijsdengan bentuk seperti itu kecuali dari Ahlul Bait, atau dengan kata lain kehendak penyucian ini terbatas hanya pada pribadi yang disebut Ahlul Bait dalam ayat ini.
  2. Berdasarkan asbabun nuzulnya ayat ini seperti dalam hadis riwayat Turmudzi di atas tidak ada penjelasan bahwa iradah ini berkaitan dengan syariat tertentu yang Allah tetapkan.
  3. Allah memberi penekanan khusus setelah kata kerjaliyudzhiba(menghilangkan) dengan firmannya wa yuthahhirakum tathiira. Dan kata kerja kedua ini wa yuthahhirakum(menyucikanmu) dikuatkan denganmashdar tathiira(sesuci-sucinya)yang mengakhiri ayat tersebut. Penekanan khusus ini merupakan salah satu petunjuk bahwa iradah Allah ini adalah iradah takwiniyah.
Li yudzhiba ‘An kumurrijsa Ahlal bait
Kemudian kalimat selanjutnya adalah li yudzhiba ‘an kumurrijsa ahlal bait . Kalimat tersebut menggunakan kata ‘an bukan min. Dalam bahasa Arab, kata ’an digunakan untuk sesuatu yang belum mengenai, sementara kata min digunakan untuk sesuatu yang telah mengenai. Oleh karena itu, kalimat tersebut memiliki arti untuk menghilangkan rijs dari Ahlul Bait (sebelum rijs tersebut mengenai Ahlul Bait), atau dengan kata lain untuk menghindarkan Ahlul Bait dari rijs. Sehingga jelas sekali, dari kalimat ini terlihat makna kesucian Ahlul Bait dari rijs. Lagipula adalah tidak tepat menisbatkan bahwa sebelumnya mereka Ahlul bait memiliki rijs kemudian baru Allah menyucikannya karena Ahlul Bait yang disucikan dalam ayat ini meliputi Imam Hasan dan Imam Husain yang waktu itu masih kecil dan belum memiliki rijs.
Ar Rijs
Dalam Al Quran terdapat cukup banyak ayat yang menggunakan kata rijs, diantaranya adalah sebagai berikut.
“Sesungguhny,a (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji (rijs) termasuk perbuatan setan” (QS Al Maidah: 90).
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis (rijs) dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS Al Hajj: 30).
“Dan adapun orang orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat ini bertambah kekafiran (rijs) mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir” (QS At Taubah: 125).
“Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis (rijs)” (QS At Taubah: 95).
“Dan Allah menimpakan kemurkaan (rijs) kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (QS Yunus: 100).
Dari semua ayat-ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rijs adalah segala hal bisa dalam bentuk keyakinan atau perbuatan yang keji, najis yang tidak diridhai dan menyebabkan kemurkaan Allah SWT.
Asy Syaukani dalam tafsir Fathul Qadir jilid 4 hal 278 menulis,
“… yang dimaksud dengan rijs ialah dosa yang dapat menodai jiwa jiwa yang disebabkan oleh meninggalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan melakukan apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Maka maksud dari kata tersebut ialah seluruh hal yang di dalamnya tidak ada keridhaan Allah SWT”.
Kemudian ia melanjutkan,
“Firman `… dan menyucikan kalian… ‘ maksudnya adalah: `Dan menyucikan kalian dari dosa dan karat (akibat bekas dosa) dengan penyucian yang sempurna.’ Dan dalam peminjaman kata rijs untuk arti dosa, serta penyebutan kata thuhr setelahnya, terdapat isyarat adanya keharusan menjauhinya dan kecaman atas pelakunya”.
Lalu ia menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Hakim, At Turmudzi, Ath Thabarani, Ibnu Mardawaih, dan Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail jilid 4 hal 280, bahwa Nabi saw. bersabda dengan sabda yang panjang, dan pada akhirnya beliau mengatakan “Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa”. (kami telah membahas secara khusus hadis ini di bagaian yang lain)

Ibnu Hajar Al Haitami Al Makki dalam kitab Ash Shawaiq hal 144-145 berkata,
“Ayat ini adalah sumber keutamaan Ahlul Bait, karena ia memuat mutiara keutamaan dan perhatian atas mereka. Allah mengawalinya dengan innama yang berfungsi sebagai pengkhususan kehendakNya untuk menghilangkan hanya dari mereka rijs yang berarti dosa dan keraguan terhadap apa yang seharusnya diimani dan menyucikan mereka dari seluruh akhlak dan keadaan tercela.”
Jalaluddin As Suyuthi dalam kitab Al lklil hal 178 menyebutkan bahwa
kesalahan adalah rijs, oleh karena itu kesalahan tidak mungkin ada pada Ahlul Bait.
Semua penjelasan diatas menyimpulkan bahwa Ayat tathiir ini memiliki makna bahwa Allah SWT hanya berkehendak untuk menyucikan Ahlul Bait dari semua bentuk keraguan dan perbuatan yang tercela termasuk kesalahan yang dapat menyebabkan dosa dan kehendak ini bersifat takwiniyah atau pasti terjadi. Selain itu penyucian ini tidak berarti bahwa sebelumnya terdapat rijs tetapi penyucian ini sebelum semua rijs itu mengenai Ahlul Bait atau dengan kata lain Ahlul Bait dalam ayat ini adalah pribadi-pribadi yang dijaga dan dihindarkan oleh Allah SWT dari semua bentuk rijs. Jadi tampak jelas sekali bahwa ayat ini telah menjelaskan tentang kedudukan yang mulia dari Ahlul Bait yaitu Rasulullah SAW, Imam Ali as, Sayyidah Fathimah Az Zahra as, Imam Hasan as dan Imam Husain as. Penyucian ini menetapkan bahwa Mereka Ahlul Bait senantiasa menjauhkan diri dari dosa-dosa dan senantiasa berada dalam kebenaran. Oleh karenanya tepat sekali kalau mereka adalah salah satu dari Tsaqalain selain Al Quran yang dijelaskan Rasulullah SAW sebagai tempat berpegang dan berpedoman umat islam agar tidak tersesat.
Kemuliaan Ahlul Bait Dalam Hadis Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda. “Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya kembali kepadaKu di Al Haudh“ (Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz III hal 148 Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa sanad hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim).
Hadis-hadis Shahih dari Rasulullah SAW menjelaskan bahwa mereka Ahlul Bait AS adalah pedoman bagi umat Islam selain Al Quranul Karim. Mereka Ahlul Bait senantiasa bersama Al Quran dan senantiasa bersama kebenaran.
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761)
Hadis ini menjelaskan bahawa manusia termasuk sahabat Nabi diharuskan berpegang teguh kepada Al Quran dan Ahlul Bait. Ahlul Bait yang dimaksud dijelaskan sendiri dalam Hadis Sunan Tirmidzi di atas atau Hadis Kisa’ yaitu Sayyidah Fathimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan AS dan Imam Husain AS.
Selain itu ada juga hadis
Hanash Kanani meriwayatkan “aku melihat Abu Dzar memegang pintu ka’bah (baitullah)dan berkata”wahai manusia jika engkau mengenalku aku adalah yang engkau kenal,jika tidak maka aku adalah Abu Dzar.Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Ahlul BaitKu seperti perahu Nabi Nuh, barangsiapa menaikinya mereka akan selamat dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka mereka akan tenggelam”.(Hadis riwayat Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 2 hal 343 dan Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih).
Hadis ini menjelaskan bahwa Ahlul Bait seperti bahtera Nuh dimana yang menaikinya akan selamat dan yang tidak mengikutinya akan tenggelam. Mereka Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah pemberi petunjuk keselamatan dari perpecahan.
Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan penghuni bumi dari bahaya tenggelam di tengah lautan.Adapun Ahlul BaitKu adalah petunjuk keselamatan bagi umatKu dari perpecahan.Maka apabila ada kabilah arab yang berlawanan jalan dengan Mereka niscaya akan berpecah belah dan menjadi partai iblis”.
(Hadis riwayat Al Hakim dalam Mustadrak Ash Shahihain jilid 3 hal 149, Al Hakim menyatakan bahwa hadis ini shahih sesuai persyaratan Bukhari Muslim).
Begitu besarnya kemuliaan Ahlul Bait Rasulullah SAW ini membuat mereka jelas tidak bisa dibandingkan dengan sahabat-sahabat Nabi ra. Tidak benar jika dikatakan bahwa Ahlul Bait sama halnya sahabat-sahabat Nabi ra sama-sama memiliki keutamaan yang besar karena jelas sekali berdasarkan dalil shahih di atas bahwa Ahlul Bait kedudukannya lebih tinggi karena Mereka adalah tempat rujukan bagi para sahabat Nabi setelah Rasulullah SAW meninggal. Jadi tidak tepat kalau dikatakan Ahlul Bait juga bisa salah, atau sahabat Nabi bisa mengajari Ahlul Bait atau Menyalahkan Ahlul Bait. Sekali lagi, Al Quran dan Hadis di atas sangat jelas menunjukkan bahwa mereka Ahlul Bait akan selalu bersama kebenaran oleh karenanya Rasulullah SAW memerintahkan umatnya(termasuk sahabat-sahabat Beliau SAW) untuk berpegang teguh dengan Mereka Ahlul Bait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar